WISH FEMI HERBS

WISH FEMI HERBS

Friday, March 16, 2012

Siapa yang Kau Cintai?

John berdiri dari bangkunya, merapikan seragam militer yang dikenakannya, dan dengan seksama mengamati orang-orang yang lalu lalang di stasiun utama New York. Ia mencari seorang wanita, yang ia kenal hatinya, tapi tidak wajahnya. Seorang wanita dengan bunga mawar di pakaiannya.

Ketertarikannya kepada wanita ini dimulai sekitar satu tahun lalu, di sebuah perpustakaan di Florida. Sebuah buku yang dia baca di perpustakaan itu membuatnya penasaran. Bukan karena isinya, melainkan sebuah catatan kecil di halaman buku itu. Tulisan tangan yang lembut dan amat mengesankan, mencerminkan wawasan yang amat dalam dan pribadi yang bijaksana dari si penulisnya. Pada halaman depan buku, tertulis nama pemilik buku itu sebelumnya, seorang wanita. Dengan sedikit waktu dan usaha, akhirnya John berhasil memperoleh alamatnya. Wanita itu tinggal di New York.. John menulis surat, yang memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan ketertarikannya untuk menjadi sahabat pena, kepada wanita misterius itu. Beberapa hari kemudian, John ditugaskan ke Eropa untuk dinas militer di Perang Dunia ke-2.
Selama sekitar satu tahun itu, hubungan mereka berkembang, saling mengenal, melalui surat. Setiap surat bagaikan benih yang bersemi di hati yang subur. Sekali John meminta fotonya, tapi ia menolak. Menurutnya jika john sungguh menyukainya, rupa bukanlah hal penting.

Ketika tiba hari kepulangan John dari Eropa, mereka berdua sepakat untuk mengatur jadwal untuk pertemuan pertama mereka, pukul 7 malam di stasiun utama New York. "Kau pasti akan mengenaliku," tulisnya. "Aku akan memasang bunga mawar di kerah mantelku."

Demikianlah John sedang berada si stasiun, mencari seorang wanita, yang hatinya ia cintai, tapi wajahnya tidak ia kenali.

Sekarang, mari kita biarkan John sendiri yang menceritakan apa yang terjadi selanjutnya:

Seorang wanita muda berjalan menghampiriku, perawakannya tinggi langsing. Rambutnya pirang terurai, matanya biru seperti bunga-bunga, bentuk bibir dan dagunya sangat indah. Dengan mantel hijaunya, ia tampak seperti datangnya musim semi, dalam wujud manusia.
Segera aku pun mulai menghampirinya, sosoknya membuatku lupa bahwa ia tidak memakai bunga mawar di mantelnya. Ia melewatiku begitu saja, dan saat itu juga aku melihat seorang wanita lain, yang berdiri tak jauh dari tempat yang sama dengan gadis bermantel hijau yang barusan berjalan melewatiku, dengan mawar tersemat di dekat kerah mantelnya.
Wanita itu mungkin sudah berusia sekitar 50an tahun, wajahnya bulat, rambutnya sudah mulai memutih. Sementara gadis bermantel hijau tadi sudah berlalu. Sepertinya diriku ingin terbelah dua, ingin sekali aku mengikuti gadis cantik tadi, tapi aku juga sudah begitu lama menunggu untuk bertemu dengan wanita ini, yang semangatnya telah sungguh-sungguh menemaniku selama ini. Mungkin yang satu ini lebih bermakna daripada sekadar jatuh cinta. Sebuah ikatan persahabatan yang luar biasa istimewa untukku.
Dan di sanalah ia berdiri. Wajahnya yang bulat sangat lembut dan ramah, dan sorot matanya begitu hangat. Tanpa ragu lagi, aku menghampirinya, aku meraih buku yang bersampul biru dari dalam saku, menegakkan badanku, dan menyodorkan buku itu kepada wanita tua di hadapanku (meskipun ketika aku mulai berbicara, aku masih merasa tersedak oleh kekecewaanku). Aku menyapanya, memperkenalkan diriku, dan melanjutkan, "Senang sekali akhirnya kita bisa bertemu. Bolehkah aku mengajakmu makan malam?"
Wajah wanita itu semakin lebar ketika ia tersenyum. "Aku tak tahu apa maksud semua ini, nak," jawabnya. "Tetapi wanita muda berbaju hijau yang barusan lewat tadi memohon kepadaku untuk memakai mawar ini di bajuku. Dan katanya kalau kamu mengajakku keluar makan malam, aku harus mengatakan kepadamu bahwa dia menunggumu di restoran di seberang jalan sana." Ia menunjuk ke arah jalanan. "Katanya ini hanya semacam ujian saja."

Tidaklah sulit untuk memahami maksud si gadis bermantel hijau. Memang, maksud hati yang sesungguhnya baru akan tampak jelas kalau mata sudah menyimpulkan sesuatu itu tidak menarik.

Houssaye, sang novelis besar menulis, "Tell me whom you love, and I will tell you who you are."


No comments:

Post a Comment