Hari itu menjelang gelap. Seorang wanita separuh baya sedang kebingungan karena ban mobil yang sedang dikemudikannya kempis. "Celaka!" Pikirnya. Perjalanannya menuju kota tujuannya masih panjang, dan cuaca yang dingin membuat jalanan sangat sepi. Sepertinya orang-orang sepakat untuk berdiam di rumah saja. Ia pun memutuskan untuk menunggu di dalam mobilnya, sampai ada orang yang lewat, yang mungkin bisa ia mintai bantuan.
John mengemudikan mobilnya. Fisik dan pikirannya lelah memikirkan permasalahan hidupnya. Pabrik tempatnya bekerja baru saja ditutup, ia kehilangan pekerjaan. Sementara dia harus tetap menafkahi keluarganya. Tiba-tiba John menghentikan mobilnya, memundurkannya sedikit, lalu ia keluar dari mobilnya.
John menghampiri mobil wanita itu, dan meski dengan senyum di wajahnya, wanita itu agak was-was menanggapinya. Sudah hampir satu jam ia menunggu di mobilnya dan tak ada satu pun yang lewat. Orang ini tampak lusuh sekali, apakah berbahaya? Bagaimana kalau ia bermaksud jahat? Begitulah yang pertama terlintas di pikirannya.
Melihat ekspresi wanita di hadapannya, John merasakan apa yang ada di pikiran wanita itu. Ia berkata, "Permisi Bu, saya rasa Ibu sedang kesulitan, dan saya bermaksud membantu Ibu. Oh iya, ngomong-ngomong nama saya John. Sebaiknya Ibu tetap di dalam mobil saja karena di luar sini sangat dingin." Memang hanya masalah ban yang kempis, tapi itu adalah masalah besar bagi seorang wanita seusianya. Segera saja John mulai bekerja, dan tidak lama kemudian ban sudah selesai diganti. Tapi tangan John menjadi kotor dan sakit.
Ketika sedang mengencangkan baut terakhir, wanita itu membuka kaca jendelanya dan mulai berkata, bahwa ia amat berterimakasih atas bantuan John. Ia sedang dalam perjalanan ke kota sebelah.
Wanita itu bertanya berapa yang harus ia bayar. Bahkan ia pun sudah membayangkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi kalau ternyata orang yg menolongnya ini benar bermaksud jahat...
John tersenyum sambil menutup bagasi mobil wanita itu. Tidak sedikitpun ia berpikir tentang uang. Yang baru saja dilakukannya, baginya bukanlah sebuah pekerjaan, tetapi menolong orang lain yang sedang membutuhkan. Tuhan pun tahu selama ini sudah berapa banyak juga orang-orang yang pernah menolongnya.
John berkata menjawab, kalau ia benar-benar ingin membalas jasanya, sekali waktu kalau ia bertemu orang yang membutuhkan bantuan, bantulah. Dan John menambahkan "... dan ingatlah kepada saya."
John menunggu sampai wanita itu menjalankan mobilnya untuk melanjutkan perjalanannya. Hari itu benar-benar dingin dan melelahkan, tapi John merasa senang, dan ia pun kembali melanjutkan perjalanannya.
Beberapa kilometer kemudian, wanita itu melihat sebuah restoran kecil. Ia mampir untuk makan dulu dan menghangatkan tubuhnya. Seorang pelayan menghampirinya, dengan senyum dan amat ramah melayaninya. Bahkan membawakan handuk hangat untuknya. Wanita itu memperhatikan pelayan tadi sedang hamil tua, tapi begitu ceria dan bersemangat menyikapi pekerjaannya. Wanita tua itu heran bagaimana orang kecil seperti pelayan itu bisa memberi begitu banyak, lewat pekerjaannya, kepada orang lain yang menjadi tamunya? Lalu ia segera teringat pemuda bernama John yang tadi menolongnya.
Setelah menghabiskan makanannya, dan membayar dengan uang 100$, pelayan tadi pergi ke dalam untuk mengambil uang kembaliannya. Lalu wanita itu diam-diam pergi untuk melanjutkan perjalanannya.
Pelayan tadi bingung ketika mendapati tamunya sudah pergi tanpa mengambil uang kembaliannya, lalu ia melihat ada yang surat yang ditinggalkan tamunya tadi. Matanya mulai basah sambil ia membaca apa yang dituliskan wanita itu. Katanya, "Kamu tidak berutang apa pun Nak. Seseorang pernah membantu saya, sama seperti aku membantu Kamu. Kalau Kamu hendak membalasnya, lakukanlah ini: Jangan biarkan rantai kasih terputus."
Ia masih sibuk bekerja sampai larut malam. Malam itu ketika ia sudah di rumahnya dan beranjak ke tempat tidur, ia memikirkan uang dan surat yang diberikan oleh wanita tua tamunya tadi. Bagaimana wanita itu bisa tahu betapa ia dan suaminya membutuhkan uang itu? Apalagi bayinya akan lahir bulan depan, akan sangat sulit bagi mereka. Ia tahu suaminya amat memikirkan kondisi rumah tangga mereka. Berbaring di sisi suaminya, ia memberikan ciuman lembut dan berbisik pelan,
"Semuanya akan baik-baik saja, I love you, John."
No comments:
Post a Comment